UNTUK APA AKU DILAHIRKAN ?
I. PENGANTAR
Seringkali manusia bingung dan bertanya : untuk apa aku dilahirkan
? Ketika makan, minum, pakaian, rumah, kendaraan, pangkat jabatan, anak dan
kehormatan sudah kumiliki, apalagi yang harus kulakukan ? Aku mulai jenuh melakukan
rutinitas kehidupan.
Jenuh, stress, bingung dan galau bisa mendorong manusia berbuat
negative. Orang miskin yang bingung, jenuh atau stress menghadapi tekanan
kehidupan bisa terdorong melakukan begadang, berjudi, mencuri , mabuk atau
berbuat criminal lainnya. Sedangkan orang kaya yang jenuh melakukan rutinitas
kehidupan dapat terdorong untuk hura-hura pesta narkoba, korupsi
sebanyak-banyaknya, nyanyi di karaoke tanpa memperhatikan etika, mengumbar
sexsual atau bahkan bunuh diri.
Itulah kehidupan manusia yang tanpa didasari pandangan hidup.
Mestinya setiap pikiran, perasaan, sikap, ucapan, perbuatan, keputusan dan
kebijakan manusia itu didasari kesadaran bahwa dirinya diciptakan oleh Tuhan
dan akan dimintai peretanggungjawaban oleh Tuhan. Sehingga setiap pikiran,
perasaan, sikap, ucapan, perbuatan, keputusan dan kebijakan manusia merujuk
pada aturan Tuhan dan kehendak Tuhan yang terangkum dalam kitab suci. Bagi
setiap muslim, hendaknya seluruh pikiran, ucapan, gerak gerik dan perbuatannya
harus merujuk kepada Alquran dan Hadis ( Sunnah Nabi ).
Apabila seluruh aktifitas kita rujukkan kepada kitab suci, insya
Alloh hidup kita akan selalu bergairah. Mengapa ?
Sebab dari kitab suci kita akan mendapat panduan apa yang harus
kita lakukan, apa yang dianjurkan, apa yang dilarang. Lewat kajian dan
pemahaman terhadap kitab suci ,kita akan mendapatkan banyak motivasi dari Alloh,
Rosululloh dan kisah perjuangan hebat manusia terdahulu yang disebutkan dalam
alquran dan hadis.
Melalui pemahaman ajaran agama , kita juga akan tahu pahala dan
hasil yang akan kita raih dari kebaikan suatu ucapan, amalan bahkan perasaan
sekecil apapun. Sehingga kita akan ketagihan untuk terus melakukannya. Kita
akan merindukan kebaikan.
Tugas dan kewajiban yang dulu terasa berat, setelah memahami ajaran
agama akan terasa bahwa tugas dan kewajiban itu menjadi kebutuhan, yang kalau
tidak dilakukan rasanya ada sesuatu yang hilang.
Lewat pemahaman agama yang mendalam kita akan mencapai titik dimana
jiwa akan mengatakan : saya merasa bahagia dan puas jika terlibat dalam
membahagiakan orang lain. Sehingga kita akan aktif dan kreatif melakukan apa
saja yang dapat membahagiakan orang lain dalam kebaikan dan takwa.
Ketika kita mencapai puncak spiritual dari hasil memahami ajaran
agama, maka terasa bahwa jiwa raga ini milik Alloh, seluruh milikku milik Alloh
dan untuk Alloh. Dengan rela, ikhlas dan bangga kita akan memberikan dan
mengorbankan harta benda, pangkat, jabatan, kesempatan dan segala milik kita
untuk orang lain, untuk tumbuhan, untuk hewan, untuk semua mahluk Alloh agar
mendapatkan ridlo dan ampunan Alloh. Inilah puncak kepuasan lahir batin yang
akan mendorong kita selalu aktif, kreatif dan bergairah dalam beraktifitas
sehari-hari sepanjang masa.
Dengan konsep hidup yang dilandasi agama, kita akan merasa selalu
muda dan bersemangat walau usia sudah memasuki senja. Banyak hal yang bisa kita
lakukan adan akan terus kita lakukan untuk meraih ridlo dan ampunan Alloh.
Alhasil, kita tidak bingung bertanya tanya untuk apa aku dilahirkan.
Ada banyak misi dan tugas suci yang sangat menyenangkan sebagai
hamba Tuhan. Apa saja itu ? Bagaimana caranya ? Dari mana modalnya ? Bagaimana
peluang dan tantangannya ? Siapa kawan dan lawannya ? Apa hasil dan resikonya ?
Siapkah kita bertanggungjawab ? Itulah rangkaian pertanyaan yang membuat kita
makin bergairah, semnagat dan optimis menikmati kehidupan dan kematian. Tak
akan bingung bertanya Tanya untuk apa aku dilahirkan.
II. SIAPAKAH KITA ?
III. APA TUJUAN KITA HIDUP DI DUNIA ?
IV. SIAPAKAH IDOLA DAN
PANUTAN KITA ?
V. APA MODAL YANG KITA
MILIKI ?
VI. APA YANG HARUS KITA
LAKUKAN ?
VII. APA HASIL DAN RESIKO
MISI KITA ?
VIII. SIAPA
KAWAN DAN MUSUH KITA ?
IX. AKAN DIMINTAI
PERTANGGUNGJAWABAN
Tunggu artikel berikutnya !
Banjarnegara, Jumat 10 mei 2013
Hamba Alloh yang dhoif :
Purwo Setiono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar